BAB V
Sumberdaya Konsumen dan Pengetahuan
5.1 Sumberdaya Ekonomi
Potensi sumberdaya ekonomi atau lebih
dikenal dengan potensi ekonomi pada dasarnya dapat diartikan sebagai sesuatu
atau segala sesuatu sumberdaya yang dimiliki baik yang tergolong pada
sumberdaya alam (natural resources/endowment factors) maupun potensi sumberdaya
manusia yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta dapat digunakan sebagai
modal dasar pembangunan (ekonomi) wilayahtingkat ketergantungan terhadap
sumberdaya secara struktural harus bisa dialihkan pada sumberdaya alam lain.
Kasus persolan yang sifatnya nasional
(warisan rejim lama) dan juga persoalan-persoalan baru yang muncul dari
pelaksanaan Otonomi Daerah yang “sembrono”, fenomena globalisasi ekonomi juga
akan sangat berpengaruh besar terhadap prospek nilai-nilai budaya lokal dan
kearifan tradisional sebagai landasan penguatan kelembagaan lokal dalam
pengelolaan sumberdaya dan keanekaragaman hayati. Globalisasi ini menjadi perlu
dicermati sebagai tahapan lanjut dari periode pembangunanisme yang dianut oleh
Rejim Otoriter-Militeristik Orde Baru yang nyata-nyata telah
menghancur-leburkan ekosistem-ekosistem penting Indonesia serta
memporak-porandakan pranata-pranata ada/lokal yang selama ratusan tahun menjadi
penjaga dan pengelola sebagian besar dari ekosistem-ekosistem tersebut.
Perjalanan pembangunan di Indonesia mencatat banyak sekali penggusuran dan
penindasan yang menyedihkan bagi berbagai kelompok masyarakat, khususnya masyarakat
adat, yang diwarnai oleh tindakan-tindakan kekerasan negara dan sekaligus
memfasilitasi kekerasan horizontal antar kelompok masyarakat.
Kalau ditelusuri lebih jauh, maka
pembangunan yang umumnya dianut oleh negara-negara berkembang adalah industrialisasi.
Sebagai negara yang kaya sumber daya alam, Indonesia pun mengembangkan industri
yang berbasis sumber daya alam. Celakanya, sebagian besar sumber daya lalam
ini, secara tradisional sudah ada penguasa dan pemiliknya, yaitu masyarakat
adat, yang juga memiliki kepentingan yang lebih luas atas sumber daya tersebut.
Nilai-nilai, ide dan konsep pembangunan itu memang diimpor atau diadopsi dari
“barat”. Pembangunan adalah kata lain dari modernisasi. Dari sini muncullah
anggapan dan keyakinan baru di masyarakat bahwa jiwa Indonesia ini kita
inginkan menjadi negara modren,maka segala sesuatu yang tradisional(lisan)
harus dibuang karena dianggap terbelakang dan menghambat pembangunan. Paradigma
modernisasi demikian, langsung dan tidak langsung, telah menyudutkan dan
melemahkan posisi masyarakat adat itu sendiri dengan menempatkan tradisi dan
nilai-nilai asli bangsa ini menjadi sesuatu yang jelek (inferior) terhadap
nilai-nilai “barat” yang modern sebagai sesuatu yang baik (superior). Dengan
cara yang berkembang demikian, bahkan banyak di antara masyarakat adat sendiri
sering melupakan bahwa mereka memiliki kekuatan (pengetahuan, teknologi,
pranata adat) untuk melaksanakan dengan sungguh-sungguh program “pembangunan”
yang memuliakan hidup mereka, atau sebaliknya melakukan perlawanan atas program
“pembangunan” yang tidak diinginkan. Sebagai konsep yang diadopsi dari “barat”,
nilai yang terkandung dalam pembangunan kita, yang juga dianut oleh globalisasi
ekonomi, berakar pada individualisme yang, dalam banyak hal, bertolak-belakang
dari prinsip dasar komunitas-komunitas masyarakat adat di Indonesia umumnya
yang komunalistik dan kolektif baik dalam hal penguasaan sumberdaya maupun
dalam upaya pengelolaannya untuk keadilan dan kesejahteraan bersama.
5.2
Sumberdaya Sementara
a) Barang yang Menggunakan Waktu
Produk yang memerlukan pemakaian waktu dala
mengkonsumsinya. Contoh: Menonton TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang)
Tidur, perawatan pribadi, pulang pergi (waktu wajib)
b) Barang Penghemat Waktu
Produk yang menghemat waktu memungkinkan
konsumen meningkatkan waktu leluasa mereka. Contoh: oven microwave, pemotong
rumput, fast food.
5.3 Sumberdaya Kognitif
Kepemimpinan teori psikologi industri dan
organisasi yang dikembangkan oleh Fred Fiedler dan Joe Garcia pada tahun 1987
sebagai konseptualisasi dari model kontingensi Fiedler . Teori ini berfokus
pada pengaruh pemimpin intelijen dan pengalaman tentang nya atau reaksinya
terhadap stres . Inti dari teori ini adalah bahwa stres adalah musuh
rasionalitas, merusak kemampuan pemimpin untuk berpikir logis dan analitis.
Namun, pengalaman pemimpin dan kecerdasan dapat mengurangi pengaruh stres pada
(atau dia) nya tindakan: kecerdasan adalah faktor utama dalam situasi stres
rendah, sementara jumlah pengalaman selama lebih selama-saat stres.
Contoh
Kasus :
Psikologi kognitif menyatakan bahwa
perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada dari luar dirinya, melainkan
oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa
kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan
pengalaman itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan
pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses
pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal
dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas
belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berfikir, yakni
proses pengelolaan informasi. Kegiatan pengelolaan informasi yang berlangsung
di dalam kognisi itu akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Bukan
sebaliknya jumlah informasi atau stimulus yang mengubah perilaku. Demikian pula
kinerja seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada jenis
dan cara pemberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana
sesaeorang mampu mengelola informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan
untuk merespon stimulus yang berada di sekelilingnya. Oleh karena itu teori
belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya
untuk belajar, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan
disimpan di dalam pikirannya secara efektif.
5.4 Kandungan Pengetahuan
§ Pengetahuan
Pengetahuan
konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian. Pengetahuan konsumen adalah
semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk, serta
pengetahuan lainnya yang terkait dan informasi yang berhubungan dengan
fungsinya sebagai konsumen.
§ Pengetahuan Konsumen terbagi kedalam tiga macam :
i.
Pengetahuan Produk
Pengetahuan
produk adalah kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan
ini meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur
produk, harga produkdan kepercayaan mengenai produk.
·
Jenis Pengetahuan Produk:
a.
Pengetahuan tentang karakteristik
atau atribut produk
b.
Pengetahuan tentang manfaat produk
c.
Pengetahuan tentang kepuasan yg
diberikan produk kepada konsumen
ii.
Pengetahuan Pembelian
Pengetahuan pembelian terdiri atas
pengetahuan tentang toko, lokasi produk di dalam toko dan penempatan produk
yang sebenarnya di dalam toko tersebut. Konsumen cenderung lebih senang
mengunjungi toko yang sudah dikenalnya untuk berbelanja, karena telah
mengetahui dimana letak produk di dalam toko tersebut.
·
Perilaku Membeli:
- Store Contact Meliputi tindakan mencari outlet, pergi ke outlet dan
memasuki outlet.
- Product Contact Konsumen akan mencari lokasi produk, mengambil produk
tersebut dan membawanya ke kasir.
- Transaction Konsumen
akan membayar produk tersebut dengan tunai, kartu kredit, kartu debet atau alat
pembayaran lainnya.
iii.
Pengetahuan Pemakaian
Suatu
produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah
digunakan atau dikonsumsi. Agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang maksimal
dan kepuasan yang tinggi, maka konsumen harus bisa menggunakan atau
mengkonsumsi produk tersebut dengan benar. Produsen berkewajiban untuk
memberikan informasi yang cukup agar konsumen mengetahui cara pemakaian suatu
produk. Pengetahuan pemakaian suatu produk adalah penting bagi konsumen
5.5 Organisasi Pengetahuan
Pengetahuan Konsumen akan Mempengaruhi
Keputusan Pembelian.Apa yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana membeli
dan kapan membeli akan tergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal
tersebut.
Pengetahuan
Konsumen adalah semua
informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk, serta
pengetahuan lainnya yang terkait dan informasi yang berhubungan dengan
fungsinya sebagai konsumen.
§ Pengetahuan tentang karakteristik/atribut
produk
§ Pengetahuan tentang manfaat produk
§ Pengetahuan tentang kepuasan yg diberikan produk
kepada konsumen.
§ Manfaat Fungsional, yaitu manfaat yg dirasakan
konsumen secara fisiologis
§ Manfaat Psikososial, yaitu aspek psikologis
dan aspek sosial yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk.
5.6 Mengukur Pengetahuan
Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi
yang disimpan di dalam ingatan. Pemasar khususnya tertarik untuk mengerti
pengetahuan konsumen. Informasi yang dipegang oleh konsumen mengenai produk
akan sangat mempengaruhi pola pembelian mereka.
Di dalam Psikologi kognitif dijelaskan bahwa ada dua jenis pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif melibatkan fakta subjektif yang sudah diketahui. Pengetahuan deklaratif sendiri dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengetahuan episodik (melibatkan pengetahuan yang dibatasi dengan lintasan waktu) dan pengetahuan semantik (mengandung pengetahuan yang digeneralisasikan dan memberi arti bagi dunia seseorang). Sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini dapat digunakan. Fakta ini juga bersifat subjektif dalam pengertian fakta tersebut tidak perlu sesuai dengan realitas objektif.
Di dalam Psikologi kognitif dijelaskan bahwa ada dua jenis pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif melibatkan fakta subjektif yang sudah diketahui. Pengetahuan deklaratif sendiri dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengetahuan episodik (melibatkan pengetahuan yang dibatasi dengan lintasan waktu) dan pengetahuan semantik (mengandung pengetahuan yang digeneralisasikan dan memberi arti bagi dunia seseorang). Sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini dapat digunakan. Fakta ini juga bersifat subjektif dalam pengertian fakta tersebut tidak perlu sesuai dengan realitas objektif.
Contoh
Kasus:
Seorang konsumen yang sedang menjalankan proses
diet dan ingin memutuskan untuk membeli makanan ringan. Sebelum memutuskan
untuk melakukan pembelian, konsumen cenderung melihat ingredients atau
komposisi yang terdapat dalam produk makanan ringan tersebut. Setelah
memperoleh informasi yang positif terhadap produk tersebut, konsumen biasanya
langsung mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar